Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.
Ia adalah cicit Rasulullah SAW yang selamat dari pembantaian dalam tragedi Karbala. Setelah dewasa ia menjadi wali yang setiap saat bersujud kepada Allah SWT.
Ternyata Amerika yang selama ini identik sebagai pusat kekafiran,
justru lebih dulu mengenal Islam sebelum para penyebar agama lain dari
Eropa menguasai negeri itu. Fakta-fakta ini mungkin akan membuat kita
berbeda memandang Amerika, yaitu sebagai bagian dari wilayah yang dakwah
disana harus diteruskan.
Kelahiran Nabi SAW
Usia Abd’l
-Muttalib sudah hampir mencapai tujuhpuluh tahun atau lebih tatkala Abrahahmencoba menyerang Mekah dan menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu umur Abdullah anaknyasudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya
dikawinkan. Pilihan Abd’l
-Muttalib jatuh kepadaAminah bint Wahb bin Abd Manaf bin Zuhra,
–
pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai pula usianyadan mempunyai kedudukan terhormat.
Pada hari perkawinan Abdullah dengan Aminah itu, Abd’l
-Muttalib juga kawin dengan Hala,puteri pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan yang seusia dengan dia.Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan Arabbila perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah itu mereka pindahbersama-
sama ke keluarga Abd’l
-Muttalib.Beberapa saat setelah perkawinan, Abdullahpun pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Suriadengan meninggalkan isteri yang dalam keadaan hamil. Dalam perjalanannya itu Abdullah tinggal selama beberapa bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali lagi. Kemudian ia singgah ketempat saudara-saudara ibunya di Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalamperjalanan. Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah ke Mekah. Akan tetapi kemudian iamenderita sakit di tempat saudara-saudara ibunya itu. Kawan-kawannyapun pulang lebih dulumeninggalkan dia.
Abd’l
-Muttalibmengutus Harith
–
anaknya yang sulung
–
ke Medinah, supaya membawa kembalibila ia sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Medinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggaldan sudah dikuburkan pula, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah. Kembalilah Harith kepadakeluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu.